Sistem pendidikan masa kini perlu diubah untuk menyiapkan generasi muda yang siap menyongsong perubahan dunia yang begitu cepat.
Pendidikan harus mampu membuat anak menjadi pembelajar sepanjang hayat. Dalam kaitan dengan ujian
Pendidikan harus mampu membuat anak menjadi pembelajar sepanjang hayat. Dalam kaitan dengan ujian
Pendidikan perlu menyeimbangkan
penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dengan tetap
memegang nilai-nilai tradisional yang relevan dan modern. Persoalan
tersebut mengemuka dalam dialog-dialog di acara World Innovation Summit
for Education (WISE) ke-4 di Doha, Qatar, yang berakhir pekan lalu.
Dalam menghadapi perubahan pendidikan
untuk mempersiapkan generasi muda dunia yang lebih baik, seruan saling
belajar, berbagi, dan bekerjasama di antarorganisasi dan negara mencuat.
Mona Mourshed, Partner and Leader, Global
Education Practice McKinsey and Company, mengatakan dunia pendidikan
terus menghadapi tantangan soal belum sinkronnya lulusan dengan pasar
tenaga kerja yang tersedia. Dunia pendidikan belum dikatakan berhasil
jika hanya membuat lulusannya bisa bekerja begitu lulus.
“Yang penting apakah lulusan itu bisa
membangun karirnya, bukan sekadar bekerja,” kata Mona. Dalam upaya
menyelaraskan dunia pendidikan dan dunia kerja, kata Mona, di banyak
tempat terkendala kurangnya kesempatan magang bagi siswa/mahasiswa.
Untuk itu, perlu dukungan pemerintah dan
perusahaan untuk memberikan kesempatan yang luas bagi siswa/mahasiswa
untuk belajar secara langsung di dunia kerja dengan sistem magang untuk
membuat mereka siap memasuki dunia kerja.
Sementara itu, Aicha Bah Diallo, Ketua
Forum Perempuan Pendidik Afrika, mengatakan perlu dikaji kembali apakah
sistem pendidikan saat ini membuat anak-anak benar-benar belajar serta
guru benar-benar termotivasi.
“Pendidikan harus mampu membuat anak
menjadi pembelajar sepanjang hayat. Dalam kaitan dengan ujian,” kata
Aicha, tes jangan justru jadi salah bentuk kekerasan pada siswa.
“Tes dalam pendidikan harus dikembangkan
dengan tujuan untuk membuat potensi siswa berkembang, bukan malah untuk
menghukum siswa tidak lulus,” kata Aicha. Conrad Wolfram, Ahli
Matematika, mengatakan pendidikan perlu didekatkan dengan realitas
keseharian. Dalam pembelajaran Matematika, misalnya, pendidikan tidak
semata untuk mmebuat siswa mampu menghitung.
“Dengan perkembangkan teknologi,
menghitung sudah bisa dilakukan dengan komputer. Tetapi dalam pendidikan
Matematika, justru dipakai bagaimana mmebuat siswa mampu memecahkan
masalah. Perlu perubahan dalam belajar Matematika saat ini,” kata
Conrad.
Peter Thiele, pejabat di Kementerian
Pendidikan dan Penelitian Jerman, mengatakan pendidikan menyeimbangkan
antara kebutuhan akademik dan keterampan untuk memasuki dunia kerja.
Pendidikan ke depan tidak hanya mengejar pendidikan tinggi akademik,
tetapi juga vokasi. “Pendidikan menyiapkan generasi yang mampu berpikir
kritis, analistis, dan kretaif. Pendidikan mesti difokuskan untuk
hal-hal yang berguna,” kata Peter. Secara terpisah, Fasli Jalal, mantan
Wakil Menteri Pendidikan Nasional yang hadir dalam WISE, di Jakarta,
Senin (19/11/2012), mengatakan Indonesia menghadapi tantangan dalam
sistem pendidikan yang masih belum menyiapkan siswa yang mampu berpikir
tinggi dan relevan dengan kehidupan. Hal ini utamanya karena mutu guru
dan pembelajarannya yang masih belum sesuai harapan.
Fasli mengatakan dari penelitian Bank
Dunia baru-baru ini soal guru Indonesia, pelaksanaan sertifikasi memang
belum mampu meningkatkan mutu guru dan perubahan dalam pembelajaran yang
lebih bermakna.
Masalah mendasar pendidikan Indonesia
justru terjadi di ruang-ruang kelas, di mana guru sebagai yang utama
belum dapat mendidik dengan baik.
“Guru-guru Indonesia umumnya lebih
mengedepankan keterampilan tingkat belajar tingkat rendah, seperti
menghafal. Makna pembelajaran untuk kehidupan sehari-hari belum bisa
dikaitkan. Termasuk juga guru masih belum bisa membuka diir terhadap
beragam alternatif jawaban,” kata Fasli.
Menurut Fasli, perlu pembenahan serius
soal guru dalam sistem pendidikan di Indonesia. Dengan guru bermutu,
loncatan perubahan pendidikan Indonesia bisa cepat, terutama untuk
mengembangkan pendidikan yang menyiapkan anak-anak siap memasuki
kehidupan masa depan dengan perubahan teknologi yang tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar