Belajar diartikan sebagai suatu perubahan individu karena pengalaman
(Slavin, 1994:98). Perubahan ini disebabkan oelh perkembangan yang
bertahap dalam belajar. Sedangkan Sadirman (1990) mendefinisikan belajar
sebagai suatu usaha seseorang secara aktif dan sadar untuk melakukan
perubahan menuju kesempurnaan terhadap dirinya. Definisi tersebut
mengandung makna bahwa dalam belajar dibutuhkan aktivitas sadar sebab
berarti melakukan perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.
Lebih lanjut Benjamin S.Bloom (1990:1) mendefinisikan belajar sebagai
proses dimana otak atau pikiran mengadakan reaksi terhadap
kondisi-kondisi luar dan reaksi-reaksi itu dapat dimodifikasi dengan
pengalaman-pengalaman yang dialami sebelumnya. Bila kondisi lingkungan
belajar kondusif maka respon yang diberikan siswa akan menunjukkan bahwa
kegiatan belajar mengajar lebih efektif. Respon tersebut berupa
aktivitas belajar positif selama proses pembelajaran berlangsung,
sehingga hasil belajar akan tercapai dengan baik.
Kegiatan belajar mengajar yang berorientasi pada keberhasilan tujuan,
sangat memerlukan aktivitas siswa sebagai subjek didik yang mempunyai
potensi dan energi untuk melaksanakan kegiatan belajar atas bimbingan
guru (Sardiman, 1990:97). Dalam kegiatan belajar mengajar guru berperan
sebagai fasilitator dan motivator untuk menciptakan lingkungan
pembelajaran kondusif agar siswa dapat belajar lebih efektif, sebab
lingkungan belajar kondusif sangat diperlukan siswa agar lebih
berkonsentrasi dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian belajar
akan tercapai dengan baik yang ditandai adanya perubahan tingkah laku
dan peningkatan hasil belajar.
Namun mengingat kondisi siswa yang sangat heterogen di dalam kelas,
muncul karakteristik siswa yang berbeda-beda. Hal ini dapat menjadi
faktor penghambat bagi guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif. Perbedaan karakterristik siswa dalam pembelajaran sering
menimbulkan kesenjangan di antara siswa, sehingga mereka cenderung
membuat kelompok dengan teman sebayanya yang mempunyai kesamaan minat
dan potensi.
Terdapat kecenderungan bahwa siswa lebih mudah menerima dan memahami
informasi dari teman sebayanya disebanding dari orang lain termasuk guru
(Arikunto, 1996:62). Siswa merasa malu untuk bertanya atau memberikan
pendapat selama proses belajar mengajar. Akibatnya proses belajar tampak
pasif. Oleh karena itu guru perlu mengupayakan pembaharuan dalam
pengelolaan kelas, salah satunya adalah dengan menerapkan pembelajaran
kooperatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar